Tak Peduli Denganmu

(06/12/2018)

Perkenalkan...
Aku adalah diriku.
Karakter sesungguhnya diriku adalah penyendiri.
Penyendiri untuk yang asing, dan riuh untuk mereka yang melewati waktu bersama.

Aku bukanlah orang yang terbuka pada orang lain, apalagi orang baru. Jika bukan karena Islam menyelamatkanku, aku mungkin masih menganggap orang lain tidak lebih seperti lebah dan bunga. Hubungan mutualisme saling menguntungkan dan hilang saat musim dingin tiba.

Kalian berharga, saat kalian masih membuatku berharga. Tidak ada namanya ikatan, yang ada hanyalah kepentingan yang sama. Silahkan datang dan pergi, aku menyambut dan membiarkan yang pergi. Itu dulu, dan hampir kembali merasuki diriku sekarang, disaat aku terpuruk.

Jika bukan karena akidah ini, diriku akan dirasuki kembali oleh " diriku dulu". Akidah dimana aku berharap imbalan hanya kepada Pencipta dari segala apa yang aku lakukan. Terserah jika manusia akan meremehkanku, menghinatiku, dan meninggalkanku. Aku tidak mengharapkan apapun lagi dari manusia, aku bersama kalian karena  imbalan dari Pencipta aku peroleh dari membahagiakan orang-orang disekitarku dan mengajak mereka agar berpegang teguh pada akidah ini. Akidah ini telah menjadi landasanku untuk berpikir, beraktivitas, dan bertindak. 

Aku berusaha berpikir dengan apa yang Pencipta inginkan, berpikir bagaimana untuk saling peduli kepada keluarga, teman, serta manusia lainnya. Dimana sebelumnya tidak seorangpun yang aku percayai seutuhnya.

Aku berusaha beraktivitas dengan apa yang Pencipta inginkan, menuntut ilmu, bersama orang lain, bersama diriku. Dimana sebelumnya aku  menuruti naluriku.

Naluri dimana ingin diakui, ingin diperhatikan, ingin disayangi, dan menyayangi. Namun sekedar naluri saja tidak cukup, ada yang ingin diakui sebayanya hingga ia rela meminum minuman keras, ada yang ingin diperhatikan rela membuat tato di jidat dengan tulisan kafara, ada yang ingin dicintai dan mencintai lewat pacaran. 

Jelas naluri saja akan membuat fitrah kita kacau, butuh akal serta pedoman tetap untuk memenuhi naluri. Tanpanya akan membuat resiko terhadap  keamanan diri/fitrah. Pacaran mungkin membuatmu bahagia, tapi dorongan seksual_mu beresiko karenanya. Berbicara dan selalu bersama bukan mahram, pegang tangan minimal dan ketika bendungan hancur auto hubungan badan. Islam punya solusi, tetap bisa memenuhi naluri tanpa menimbulkan masalah baru. What is it? Tentu saja nikah dibarengi ilmu tentangnya serta karakter yang bermutu.

Aku berusaha bertindak dan memutuskan apa yang aku sukai maupun yang aku benci sesuai dengan apa yang Pencipta inginkan. Tersenyum, marah, sabar, dan lainnya. Dimana sebelumnya aku melakukannya agar diriku dihargai.

Akidah adalah pemikiran mendasar, hingga menjadi dasar setiap apa yang kau lakukan. Beruntungnya diriku bertemu dengan mereka yang membagikan ilmu ini, beruntungnya diriku dimudahkan agar melaksanakan pemikiran mendasar ini. Karena jika tidak, diriku yang dulu akan merasuki diriku kembali.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TUNJUKAN DIRIMU! 4 Cara Cerdas Remaja Untuk Meningkatkan Eksistensi Diri

Curhat sejenak

Ungkapan-Ungkapan Dalam Bahasa Mbeda-Mbeda