Aku Cinta Dia
(12/07)
"Aku cinta dia"
Kata ini aku ambil dari lirik lagu yang diputar oleh kamar sebelah. Galau, menceritakan seorang lelaki yang berdoa agar bersama kekasihnya dan tak mampu hidup tanpanya.
Lucu! Mungkin lagu seperti inilah yang membuat virus merah jambu menyebar ke segala arah dan tidak sadar kita terdoktrin untuk menganggap pacaran tidak masalah, bahkan bangga dengan maksiat ini.
"Jomblo"
Title yang telah disematkan kepadaku dari masa SMA. Sebuah kebanggan menerimanya, karena aku tetap dalam pendirianku walau berada dalam masa kelam diriku dulu.
Masa kelam, dimana dengan kapasitasku aku bisa saja memilih seorang perempuan untuk aku berikan title "pacarku", lalu suatu saat aku akan membuatnya menangis. Dengan kata akhir "kita putus" baik dari lisanku atau lisannya akan mengatakan itu.
Tanpa adanya pemikiran ISLAM aku telah menganggap pacaran sesuatu yang yang salah. Dari membaca diary kakakku diam - diam saat aku menginjak akhir dari sekolah dasar, menangis karena diputusin serta melihat orang - orang disekitarku dengan bodohnya mengulangi untuk memulai hubungan yang akan berakhir dengan kata "putus".
Selain aku ingin memberi contoh ke adik -adikku, alasan lainnya adalah aku melihat hubungan itu dibangun atas dasar nafsu. Sebagai laki - laki, aku kadang kebingungan, apa yang dilakukan dua orang pasangan ketika berdua - Duan di tempat gelap (maklum tidak ada tempat romantis kayak bioskop atau restauran) saat ketemuan lalu jalan entah kemana.
Banyak cerita negatif yang aku dengar dari para laki - laki bangsat menceritakan kelakuan senonohnya baik aku dengar secara langsung atau mendengarnya dari mulut ke mulut, tentu hal itu merusak citra perempuan.
Namun hal itu terus terulang, hingga aku memikul title "mahasiswa", banyak orang disekitarku terus mengulanginya. Banyak berita prostitusi hingga pemerkosaan terdengar di media. Tanpa memberikan solusi, justru media televisi menambah tontonan percintaan dan berubah tema menjadi "pacaran islami" saat Ramadhan tiba.
Toloooong...!
Lagu kamar sebelah tambah tidak berbobot, lirik yang unfaedah. Pantas saja jika telponan hingga larut malam sudah menjadi rutinitas, makanan otaknya lirik unfaedah.
Jadi solusinya apa?
Aku tahu, kamu tahu itu.
Saatnya tentukan pilihanmu!!
Komentar
Posting Komentar