Dia Yang Tak Boleh Disebut
Dia yang namanya tidak boleh disebut...
Bukan tokoh dalam cerita Harry Potter yang ditakuti oleh seluruh penjuru negeri maupun dalam sekolah sihir Hogwarts, melainkan seorang tokoh dalam dunia nyata yang ditunggu kehadirannya untuk kembali.
Sekian lamanya ditunggu hingga akhirnya kembali ke negeri ini dan disambut melebihi ramainya pemimpin negeri wakanda, melebihi sambutan para oppa-oppa dari negara K-Pop.
Habibana wa sahlan...
Dia yang namanya tidak bisa disebut, bahkan wajahnya tidak boleh dipasang dalam dunia Social media. Siapapun yang menyebut beliau atau memposting fotonya, maka postingan tersebut akan menghilang. Bukan karena ditakuti tapi sosok ini adalah tokoh mulia cucu dari manusia terbaik sepanjang zaman, Rasulullah Saw.
Entah zaman apa sekarang ini?
Ketika seorang ulama dianggap sebagai konten berbahaya hingga kecerdasan buatan sosial media mempu menghapus semua tentang beliau. Sedangkan disaat yang bersamaan postingan seorang wanita hina berbaju terbuka melesat dimana-mana. Teknologi yang seharusnya mampu melindungi sisi kemanusiaan dari kehidupan justru memihak kepada kejatuhan moral.
Jika foto ulama bisa, seharusnya kecerdasan buatan itu juga mampu mencegah semua foto dan video bobrok tersebar di dunia maya. Jika masker akhirnya menjadi perlengkapan wajib saat keluar, kenapa hijab belum juga menjadi kewajiban utama? Saat iklan akan peduli covid ditingkatkan di media, bisakah iklan Islami lainnya menjadi perhatian juga? Adakah agama bisa semasif Corona saat ini?
Hal mengejutkanku juga adalah seorang TNI yang ditahan karena memposting dukungannya dalam kembalinya "dia yang tidak boleh disebut namanya" ini. Tak ada yang menakutkan dari tokoh ini, beliau bukanlah kriminal bukan pula buronan, beliau hanyalah tokoh yang tegas dalam memperjuangkan kebenaran. Tak perlu heran, lagipula banyak ulama lainnya yang terkunci dalam jeruji akibat memperjuangkan kebaikan di negeri wakanda ini.
Komentar
Posting Komentar