Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2019

Aku Cinta Dia

Gambar
(12/07) "Aku cinta dia" Kata ini aku ambil dari lirik lagu yang diputar oleh kamar sebelah. Galau, menceritakan seorang lelaki yang berdoa agar bersama kekasihnya dan tak mampu hidup tanpanya. Lucu! Mungkin lagu seperti inilah yang membuat virus merah jambu menyebar ke segala arah dan tidak sadar kita terdoktrin untuk menganggap pacaran tidak masalah, bahkan bangga dengan maksiat ini. "Jomblo" Title yang telah disematkan kepadaku dari masa SMA. Sebuah kebanggan menerimanya, karena aku tetap dalam pendirianku walau berada dalam masa kelam diriku dulu. Masa kelam, dimana dengan kapasitasku aku bisa saja memilih seorang perempuan untuk aku berikan title "pacarku", lalu suatu saat aku akan membuatnya menangis. Dengan kata akhir "kita putus" baik dari lisanku atau lisannya akan mengatakan itu. Tanpa adanya pemikiran ISLAM aku telah menganggap pacaran sesuatu yang yang salah. Dari membaca diary kakakku diam - diam saat aku menginjak akhir

Dunia sedang frustasi

(10/07) Damainya dunia ini, saat aku lulus nanti aku akan mencari kerja dan mengumpulkan harta sebanyak - banyaknya lalu aku akan bahagia dengan istriku... Aku cukup lelah untuk masalah diriku dan orang - orang yang kucintai. Tiidaaaak!!!! Aku tidak ingin seperti itu, tanpa memikirkan apa yang terjadi dengan dunia. Palestina, Suriah Rohingya, Uighyur adalah saudaraku yang harus aku bantu. Aku cinta tanah airku, dan itu normal ada setiap manusia. Ketika Rasulullah saw akan hijrah meninggalkan Mekah beliau bersabda;  “Dari Ibnu Abbas RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Alangkah baiknya engkau (Makkah) sebagai sebuah negeri, dan engkau merupakan negeri yang paling aku cintai. Seandainya kaumku tidak mengusirku dari engkau, niscaya aku tidak tinggal di negeri selainmu” (HR Ibnu Hibban). Tapi kecintaan aku bukanlah menjadi  paham nasionalisme. Lebih mengutamakan rasa yang timbul dari naluri mempertahankan hidup. Naluri itu lebih aku prioritaskan dibandingkan kecintaa

Jangan BAPER

Gambar
(10/07) Aku tidak sekuat mereka, dengan penuh keyakinan mereka berpegang pada hukum syara dan menyampaikannya. Ketakwaan mereka takkan goyah. Selama mereka saling merangkul satu sama lain, mereka tak akan futur. Sebab mereka saling mengingatkan satu sama lain. Mereka saling mengenal satu sama lain. Sebab mereka telah berkader dari awal hingga titik penghabisan mereka dari jenjang mahasiswa. Di dalam komunitas dakwah itu, aku dikenal hanya segelintir anggota, itupun karena aku aktif selama setengah semester dan berpartisipasi dalam beberapa kegiatan. Setelahnya aku lebih fokus kuliah sebagai mahasiswa semester akhir  dan lebih puas berdakwah di sosmed. Aku iri.. Bukan karena ingin dikenal, tapi keakraban merekalah yang ingin kucari. Saling tolong - menolong, berdakwah, traveling, kajian, silahturahmi, semua mereka lakukan bersama - sama. Alhamdulillah... Paling tidak, mereka sudah mengenalku sebagai bagian dari mereka. Walau tidak seakrab yang lainnya, mereka men