Dunia sedang frustasi

(10/07)
Damainya dunia ini, saat aku lulus nanti aku akan mencari kerja dan mengumpulkan harta sebanyak - banyaknya lalu aku akan bahagia dengan istriku...

Aku cukup lelah untuk masalah diriku dan orang - orang yang kucintai.

Tiidaaaak!!!!
Aku tidak ingin seperti itu, tanpa memikirkan apa yang terjadi dengan dunia. Palestina, Suriah Rohingya, Uighyur adalah saudaraku yang harus aku bantu.

Aku cinta tanah airku, dan itu normal ada setiap manusia. Ketika Rasulullah saw akan hijrah meninggalkan Mekah beliau bersabda;  “Dari Ibnu Abbas RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Alangkah baiknya engkau (Makkah) sebagai sebuah negeri, dan engkau merupakan negeri yang paling aku cintai. Seandainya kaumku tidak mengusirku dari engkau, niscaya aku tidak tinggal di negeri selainmu” (HR Ibnu Hibban).

Tapi kecintaan aku bukanlah menjadi  paham nasionalisme. Lebih mengutamakan rasa yang timbul dari naluri mempertahankan hidup. Naluri itu lebih aku prioritaskan dibandingkan kecintaan aku pada agama.

Aku muak dengan slogan "NKRI harga mati", Pancasila hanya menjadi kacang tanpa isi ketika bernaung di Ideologi Kapitalisme. Contohnya saja kaum LGBT, yang mulai unjuk Gigi di Monas, bahkan sampai bawa bendera merah putih ke New York.

Bukankah Pancasila juga ideologi?
Tidak. Ideologi haruslah memiliki pemikiran mendasar serta konsep aturan yang lahir dari pemikirannya tadi.

Aku tidak ingin kecintaanku pada tanah kelahiranku dipelintir menjadi paham. Cukuplah rasa nyaman dan bahagia yang aku rasakan, namun tidak membuatku membela yang salah walau itu berasal di tanah kelahiranku, apalagi mencegah diriku untuk berhenti memikirkan kaum muslim yang berada di negeri lain.

Maaf...
 jika kau ragu, recommended untukmu
Cinta tanah air

“Siapa saja yang keluar dari ketaatan dan memecah belah jamaah lalu mati, dia mati dengan kematian jahiliyah. Dan siapa yang terbunuh di bawah panji buta, dia marah untuk kelompok dan berperang untuk kelompok maka dia bukan bagian dari umatku. Dan siapa saja yang keluar dari umatku memerangi umatku, memerangi orang baik dan jahatnya dan tidak takut akibat perbuatannya terhadap orang mukminnya dan tidak memenuhi perjanjiannya maka dia bukanlah bagian dari golonganku-” (HR Muslim, Ahmad, Ibnu Majah, an-Nasai).

Aku bertepuk tangan dengan para pemimpin negara muslim saat ini, menjalin kerja sama dengan penjajah kaum muslim, saling merangkul dan berfoto saat berada di pertemuan. Aku jijik dengan sifat nasionalisme dari para pemimpin ini, menguasai pemikirannya hingga enggan untuk berkumpul bersama dan memikirkan nasib umat ini.

Tak apa. Mungkin para pemimpin, aku, kamu, nitizen lebih suka dengar lagu melow atau lebih asik nonton pesbukers, rumah Uya Kuya. Menyenangkan karena kepalaku kejedot sama informasi unfaedah daripada mendapat informasi tentang keadaan dunia.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TUNJUKAN DIRIMU! 4 Cara Cerdas Remaja Untuk Meningkatkan Eksistensi Diri

Curhat sejenak

Ungkapan-Ungkapan Dalam Bahasa Mbeda-Mbeda